13 PETUNJUK SUFI UNTUK PARA KYAI, DAI’ & MUBALLIGH DARI HADROTU SYEIKH MUHAMMAD ABDUL GAOS RA QS

Panji Makalalag
Panji Makalalag
3 Min Read

Berikut ini 13 Irsyadat dari Guru Agung Abah Aos Ra Qs yang disampaikan kepada Pembantu Khusus, Abah Jagat, saat menjalankan tugas di Madrosah TQN PP Suryalaya – Sirnarasa Eropa, untuk para Kyai, Mubaligh-Mubalighoh, Dai’-Dai’yyah, setiap Ikhwan wal Akhwat Pengamal TQN PP Suryalaya di seluruh penjuru dunia.

1. Kyai/Muballigh/Da’i itu bukan ‘plang’ petunjuk jalan. Menunjukkan jalan untuk orang lain, sedangkan dirinya diam tak kemana-mana.

2. Kyai/Mubaligh/Da’i itu bukan calo angkutan umum. Kerjanya hanya mengajak, menawarkan kepada orang lain untuk berangkat ke satu tujuan, tapi, dirinya, tak sampai ke mana-mana, tetap saja diam di sana.

3. Menyampaikan ceramah, mengajak orang lain ke jalan yang benar, tidak harus nunggu diri bener dulu. Kalau nunggu bener kapan mau ngomongnya.

4. Yang wajib mendengarkan ceramah kita adalah telinga kita sendiri. Telinga kita diciptakan menghadap ke depan agar jadi yang pertama kali mendengar ucapan kita sendiri.

5. Ceramah jangan suka lama-lama. Kita ceramah bukan sekali.

6. Kalau sepulang ceramah, jangan langsung tidur. Laksanakan Amaliyah Malam dulu. Ngisi lagi. Ceramah itu diri kita habis terkuras, karenanya harus diisi lagi. Jangan besar pengeluaran daripada pemasukan. Diri kita jangan sampai minus, yang bisa mengganggu kesehatan fisik dan non-fisik.

7. Jangan menyampaikan ‘ilmu yang baru’ ilmu yang belum dipakai, yang belum diamalkan. Sebaliknya, sampaikanlah ‘ilmu bekas pakai,’ ‘ilmu second,’ yaitu ilmu yang sudah ‘lecek’ karena sering diamalkan. Mengapa? Karena… Bagaimana orang lain mau percaya lalu membeli, jika kita sendiri belum atau tidak pernah memakainya, atau, belum membuktikan oleh diri sendiri khasiat/manfaatnya.

8. Sampaikan apa yang kita ingat saja. Sebelum ceramah ingatlah Guru. Ceramah jangan seperti orang kesurupan, menyindir ke sana kemari. Jika ada yang ceramah suka menyindir kiri-kanan, tinggalkan saja.

9. Jangan merasa pintar, tapi harus pintar merasa. Jangan mengaku pandai, tapi harus pandai mengakui agar pandai menerima.

10. Tugas kita semua mengenalkan Guru dan Ajaran yang sudah jadi Amalan mereka. Jangan suka menjual barang dagangan orang lain.

11. Jangan datang ke tempat Manaqib jika tidak punya ongkos pergi dan pulang. (*

12. Kalau datang ke tempat Manaqib jangan suka kepengan disuruh jadi imam, jadi penceramah, atau ditunjuk jadi petugas. Luruskan niat, untuk khusu’ bermakmum dan melaksanakan Khidmat Amaliyah.

13. Jangan suka panjang angan-angan, berharap ingin dikasih, apalagi, berharap amplop tebal dari Shohibul Hajat. Karena sebelum datang pun amplop itu sudah rapat dilem.

Demikian Petunjuk dari Pangersa Guru Agung, semoga dapat dijadikan panduan jalan.

*) Ka para ikhwan-akhwat Abah nitip suku jeung beuteungna (mubaligh/dai’)/Kepada para ikhwan-akhwat…Abah titp…. “Kaki dan perut” (mubaligh/da’i)

Share this Article
Leave a comment