DZIKIR DAN PRODUKSI ‘HORMON BAHAGIA’ [3/Habis]

Panji Makalalag
Panji Makalalag
3 Min Read

Keempat, hormon ENDORPHINS. Ini adalah hormon canggih dalam diri manusia yang memiliki fungsi untuk menghilangkan rasa nyeri, rasa sakit utamanya di hati. Inilah yang namanya ‘the pain killer chemical’.

Seorang yang produksi hormon Endrophinsnya stabil bahkan melimpah maka ia punya daya tahan yang kuat menghadapi kenyataan hidup apapun bagaimana pun. Ia punya kekuatan fisik dan mental untuk bertahan bahkan maju-berkembang meski diterpa berbagai hantaman gelombang pasang surut kehidupan. Ia tetap tangguh melewati segala perubahan cuaca serta ragam pancaroba kehidupan.

Sebaliknya, seorang mengalami kekurangan cadangan hormon ini maka ia sangat rentan terserang sakit hati dan kecewa. Sakit hati dan kecewa biasanya karena terlalu tinggi ekspektasi dan terlalu dalam mencintai. Itulah bawaan asli manusia yang seringkali membuat manusia terbang tinggi tapi juga terjerembab jatuh ke titik terendah.

Sakit hati dan kecewa yang berkepanjangan inilah yang akhirnya bisa membahayakan kesehatan tubuhnya. Demikian, seorang yang produksi hormonnya rendah mudah terserang penyakit. Hormon ini berkelindan dengan imun system (sistem kekebalan tubuh). Jika produksi hormon Endorphinsnya sedikit maka imunity-nya turun, jika banyak maka imunity-nya naik.

Oleh karenanya penting bagi seseorang untuk terus memproduksi hormon Endorphins dalam jumlah berlimpah. Jika cadangan hormon ini meruah maka ia semakin meningkat daya tahannya dari serangan apapun, kapanpun dan bagaimanapun. Pertanyaannya, bagaimana agar cadangan hormon ini melimpah?

Para pakar dan praktisi medis memberi saran agar seseorang produksi hormon Endorphins-nya melimpah untuk sering-sering melakukan praktek meditasi, sering-sering melakukan gerakan olah raga, berjoget sambil senyum-tertawa. Slalu menggunakan wewangian sebagai aroma terapi.

Amalan dzikir yang telah, sedang dan akan slalu kita istiqomahkan memenuhi prasyarat produksi massal hormon Endorphins. Bagaimana tidak, dzikir yang tata caranya telah dituntunkan melalui proses Talqin Dzikir mensyaratkan pengamalnya untuk: 1) mengeluarkan vibrasi suara dengan frekuensi keras ke dalam dan keluar; 2) gerak dzikir –kepala dan badan– yang terarah dan seirama dengan suara; 3) memejamkan mata untuk konsentrasi.

Hadrotus Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs tegas menyatakan bahwa ketika sedang berdzikir, kita itu sedang ber-olah raga, olah nyawa dan olah rasa. Makin banyak –hingga berkeringat– dan istiqomah dzikirnya maka makin sehat jasad, nyawa dan rasanya. Sehat jasad, nyawa dan rasanya maka bahagia hidupnya.

Teruskan dzikirnya, kapanpun dan di mana pun, hingga tak terasa cadangan produksi hormon Endorphins melimpah ruah. Tanda melimpah ruah, kita akan merasakan kekuatan menghadapi cacian, hinaan, gangguan eksternal yang biasanya membuat kita sakit hati dan kecewa. Tidak sakit hati itu perintah dari Guru-guru Sufi Agung Pecinta Kesucian Jiwa. “Kita mah jangan sakit hati, kasihan orang lain.”

Salam bahagia,

KH Budi Rahman Hakim, MSW., PhD.
[Ketua Dewan Kurator Universitas Saefulloh Maslul (Usama) Sirnarasa]

Share this Article
Leave a comment