INILAH BENDA SUCI FAVORIT PANGERSA ABAH AOS

Panji Makalalag
Panji Makalalag
3 Min Read

Oleh: KH. Budi Rahman Hakim, MSW., Ph.D, [pembantu khusus Abah Aos]

Ingin tahu, apakah benda paling suci favorit Pangersa Guru Agung Abah Aos?

Kemana saja pergi, di luar apalagi di dalam negeri, beliau selalu dekat dan lekat dengan ini.

Benda ini harganya murah tapi nilainya mahal, dijual bebas dan bila ada seorang yang menginjakkan kaki di atasnya menggunakan alas kaki apalagi kotor, umat Islam biasanye bereaksi, marah, dianggap merupakan penghinaan terhadap Islam.

Benda ini ringan dijinjing tapi juga berat di hati. Ia sering terlihat tapi juga sering terlupakan, karena biasanya juga ada di rumah-rumah umat Islam. Namun sayangnya, seringkali fungsinya cuma jadi etalase, lipstik mempercantik sudut-sudut ruang. Bila pun digunakan, rentang waktunya beragam. Ada yang setahun sekali saat Iedul Fitri, seminggu sekali ketika Sholat Jumatan, atau sehari sekali dua atau tiga kali. Kurang dari 3 menit kadang dalam penggunaannya.

Benda yang sering di sia-siakan padahal, dawuh Pangersa Abah, benda ini termasuk salah salah satu benda paling suci di kolong langit. Orang-orang yang sedang kotor, wabilkhusus wanita-wanita yang sedang berhalangan, haram duduk di atasnya. Nyaris ‘laa yamasuhuu illal muthohharun’.

Barang siapa yang senang duduk di atasnya, ucap Pangersa Abah, adalah calon orang suci. Benda ini juga, sejak zaman dulu meski dengan bentuk dan corak yang berbeda, merupakan kesenangannya para kekasih Alloh. Lebih dari separuh waktu hidupnya, banyak dihabiskan di atas benda ini.

Kalau diundang ke luar kota, lalu di sedikan hotel mewah, atau dalam kesempatan perjalanan ke luar dan dalam negeri lalu di sediakan hotel, alhamdulillah Pangersa Abah sering membuat kasur dan bantal empuk itu utuh tak tersentuh, karena begitu pertama masuk, yang selalu beliau minta dan sekaligus menggelarnya, adalah “kasur” favoritnya, begitu beliau secara kelakar menyebutnya.

Selanjutnya, sepanjang malam beliau menghabiskan waktu terduduk, tenggelam dalam lautan tawajjuh, mengamati satu persatu murid-muridnya, mengamati setiap detil pertumbuhan dan perkembangan ruhani murid-muridnya dalam meniti jalan Kesucian Jiwa.

Benda ini lebih tipis dari kasur, paling tebal 10 centimeter, yaitu, tiada lain dan tiada bukan: S A J A D A H. Inilah, kata Pangersa Abah, adalah mesjid di rumah kita dan di mana saja. Mesjid itu artinya tempat sujud, asal kata bahasa Arab, ‘sajada-yasjudu-sujuudan’. Alhamdulillah.

Hatur sewu nuhun kepada Pangersa Abah kita sudah mulai menjadi penyuka sajadah, berlama-lama dengan amaliyah para Pecinta Kesucian Jiwa jalur Suryalaya.

Semoga kita terus dan senantiasa tergolong menjadi murid-murid Pangersa Abah yang ‘ngeunah nyawa betah jasad’ ruku’, sujud, berdiri, dan duduk di atasnya, mengagungkan Dzikir Agung dari Yang Maha Agung melalui Nabi Agung Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam yang sampai dan disampaikan oleh Pangersa Guru Agung Abah Aos. Bibarokah seluruh Ahli Silsilah Tqn Ma’had Suryalaya khusus Pangersa Abah Alfatihah. Amin.

Salam husbul khidmah 38

Share this Article
Leave a comment