KEBAHAGIAAN SEJATI KAUM SUFI

Panji Makalalag
Panji Makalalag
2 Min Read

PADA akhirnya semua manusia di dunia akan meninggalkan raganya. Di saat itulah ia hidup tanpa raga di alam yang berbeda. Ya, ia pergi meninggalkan alam dunia lalu berpindah ke alam akhirat.

Kalau saat hidup dengan raganya ia amat tergantung kepada sesuatu –harta benda– dan atau seseorang –isteri/suami/anak/orang tua/saudara– maka bersiaplah ia merana di alam barunya itu. Sebab di kehidupan tanpa raga di alam berbeda itu tak dijumpainya lagi sesuatu dan atau seseorang tempat ia (biasa) bergantung.

Tapi kalau saat hidup dengan raganya ia sudah tidak –dan mampu melepaskan– ketergantungan kepada sesuatu dan atau seseorang, maka ia tenang dan bahagia di alam barunya. Ini terjadi karena ia menyadari bahwa pada akhirnya di kehidupannya yang tanpa raga di alam berbeda itu tak kan ada lagi sesuatu dan atau seseorang yang bisa dijadikan tempat bergantung.

Karena saat hidup dalam raganya membiasakan tenang dan bahagia tanpa sesuatu dan atau seseorang –hanya bergantung kepada satu Yang Hanya Satu [الله احد، الله الصمد] dengan slalu berdzikir– maka saat hidup tanpa raganya ia terbiasa tenang dan bahagia bersama-NYA yang selama ini slalu ia jadikan tempat bergantung. Inilah kebiasaan hidup kaum Sufi sejati.

Dengan ungkapan lain, jika kebahagiaan saat hidup dengan raganya diraih oleh selain dzikir, maka, kebahagiaannya pasti semu dan hanya sementara [فناء]. Kebahagiaan yang hakiki dan abadi [بقي] itu bukan yang diraih oleh apa/sesuatu dan atau oleh siapa/seseorang, melainkan oleh hanya dzikir saja.

Dzikir itu ingat ALLOH. Ingat ALLOH diingat ALLOH, cinta ALLOH-dicintai ALLOH & bersama ALLOH. Ya, ingat, diingat & bersama kekasih tercinta Yang Maha Segala-galanya. Dan ketahuilah, di alam berbeda, di kehidupan tanpa raga, yang ada hanya DIA, ALLOH, yang Maha Kekal, tempat semua bergantung.

Haturterimakasi setinggi Suryalaya sedalam Sirnarasa seluas jagat raya kepada Guru Agung yang mengajarkan untuk meraih kebahagiaan dengan dzikir saja, Pangersa Abah al Faatihah. Aamiin.

Salam bahagia,
KH Budi Rahman Hakim al Khoolish, MSW., PhD.
[Ketua Penasehat Roudhoh TQN Suryalaya Sirnarasa Pusat]

Share this Article
Leave a comment