Tulisan Tahun 2017 #AbahJagat
Jundulloh,
Balatentara Abah
Guru Sufi Agung Hadrotusyeikh Abah Aos Ra Qs memberi gelar dan kedudukan mulia kepada para pemangku dan pegiat Manaqiban Syeikh Abdul Qodir al-Jailani sebagai ‘jundulloh’ (balatentara Alloh). Dawuh beliau ini pertama kali disampaikan saat Manaqib Tuan Syeikh di Pesantren Peradaban Dunia JAGAT ‘ARSY, BSD, Indonesia.
Pada saat itu Pangersa Abah hanya sedikit mengulas kenapa gelar spiritual itu layak disandangkan kepada siapa saja yang sudah dawam bermanaqiban. Dalam kesempatan khusus, di tengah hiruk dzikir jahr, Hadrotulwalid Pangersa Abah memberi irsyadat mengenai hakikat jundulloh, seperti berikut:
Kanjeng Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam sekembali dari perang Tabuk menyampaikan sabda kepada para Mujahidin sahabat-sahabat beliau, ‘Roja’naa min jihadi ashgor ila jihadil akbar [Baru saja kita kembali dari dari peperangan kecil ke peperangan besar]. Pada saat itu para sahabat para sahabat merasa heran, kecamuk perang Tabuk yang menguras tenaga dan menelan banyak jiwa, dianggap Rosululloh sebagai peperangan kecil, bagaimana bisa?
Hampir seluruh sahabat berfikir, peperangan besar berarti akan datang pertempuran melawan kaum kafir lebih dahsyat dari perang yang baru saja dimenangi mereka. Namun segera Nabi Agung memberi penjelasan bahwa peperangan besar dimaksud yaitu jihad an-nafs [peperangan mengalahkan hawa nafsu]. Yaitu, peperangan yang lawannya tiada lain diri kita sendiri, menundukkan hawa nafsu sendiri.
Inilah yang dimaksud dengan ‘mujahadah’. Para Guru-guru sufi Agung wabilkhusus Abah Aos mendefinisikan mujahadah sebagai ‘peperangan tiada henti’. Peperangan setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, dengan hawa nafsu yang mendapat sokongan perlawanan hebat dari makhluk Alloh yang mendeklarasi perang dengan manusia: sebangsa iblis atau syetan.
Para iblislah yang menarik-narik kita memperturutkan hawa nafsu, semakin membawa kita jauh dari jalan menuju Alloh [wushul dan makrifat kepada Alloh]. Hawa nafsu dan merekalah lawan peperangan besar kita sesungguhnya, setiap waktu sepanjang hidup kita, dengan cara berusaha menjauhkan kita dari cahaya terang, membenamkan kita di kegelapan.
Disebut peperangan besar karena selain rentang waktu tempurnya sepanjang hidup, juga karena lawannya ‘nyata tapi tidak nyata’. Hawa nafsu bersama syetan jumlahnya lebih banyak [syetan terus terlahir dan tidak pernah ada kematian sejak awal penciptaan hingga sekarang]; profesional dan berpengalaman menggoda manusia [sejak Nabi Adam sampai sekarang penggoda manusia masih syetan yang sama]; syetan melihat kita kita tidak melihat mereka [persis seperti pertempuran pasukan dengan mata melihat vs pasukan dengan mata buta].
Melihat profil musuh sedemikian ‘berat’ dan waktu peperangan yang tiada mengenal waktu jeda maka jelas sudah apa yang dimaksud Kanjeng Nabi Muhammad sebagai peperangan besar. Dengan demikian, hanya mereka yang memilih berperang-lah, bukan malah berdamai dan memperturutkan hawa nafsu, yang dapat Alloh kategori sebagai para mujahidin, balatentara Jihad (jundulloh) yang setiap saat berani berjuang memerangi sekaligus menundukkan hawa nafsu. Dan derajat spiritual bagi mereka yang mati di jalan peperangan tiada henti ini tiada lain sebagai ‘syuhada’.
Muhibbin wal muridien Hadrotusyeikh Abah Aos yang rajin dan istiqomah datang melaksanakan Manaqiban, dengan demikian, adalah mereka-mereka yang telah berhasil memenangkan dirinya atas hawa nafsunya, sehingga mampu membawa dirinya ke halaqoh dzikr dan majelis suci para kekasih Alloh dari unsur malaikat, jin, para Nabi dan Rosul, para syuhada dan orang-orang sholeh yakni Manaqiban. Di luar sana banyak tempat ‘seksi’ dan ‘menarik’ lain tapi tidak kita pilih…
Inilah makanya Hadrotusyeikh Pangersa Abah menganugrahkan gelar kepada para muridnya, para pemangku dan pelaksana Manaqiban sebagai ‘jundulloh’. Yaitu, balatentara Alloh yang telah mengalahkan dan akan slalu berjuang menundukkan hawa nafsunya, nafsu-nafsu syaitoniyyah yang slalu menjauhkan diri dari jalan orang-orang yang lurus [al-Mustaqim].
Bersyukur sedalam samudra Hadrotusyeikh Pangersa Abah telah melatih kita agar selalu mampu memenangi setiap pertempuran dan telah mempersenjatai kita dengan senjata paling ampuh dan paten: dua dzikr, dzikir Qodiriyyah dan dzikr Naqsyabandiyyah, ditambah senjata canggih lainnya: khotaman dan sholat-sholat sunnah. Semua senjata itu telah membuat kita lebih ringan dan bahkan senang menunaikan ibadah, bermujalasah dengan para pecinta kesucian jiwa bersama para Aulia melalui majelis Manaqiban. Alhamdulillah…
Salam untuk Manaqib Travellers di seluruh dunia,
Abah Jagat [Pembantu Khusus ABAH AOS]