Laa ilaaha illalloh & 2 helai daun kelor: Pengujian keyakinan seorang murid

Panji Makalalag
Panji Makalalag
4 Min Read

Pangersa Abah dan Rombongan saat melaksanakan Manaqib di Titik 0 KM Indonesia, nampak Wakil Talqin Pangersa K.H. Irfan Zidny Al Hasib (Penulis) tengah menyampaikan Khdimat Ilmiah

Ditulis oleh: Dr. K.H. Irfan Zidny Wahab Al Hasib, S.H., S.Ag. M.Si.

Satu keluarga sedang sibuk menyiapkan keperluan tasyakuran kelahiran putra mereka. Kebahagiaan tampak pada raut wajah anggota keluarga, bukan hanya karena kelahiran si jabang bayi. Ada momen spesial lainnya pada kesempatan itu. Yakni, Syaikhona Kholil Bangkalan dijadwalkan hadir mengisi acara.

Undangan tasyakuran sudah tersebar sejak pagi hari. Ibu-ibu tetangga dan kerabat keluarga memasak aneka macam hidangan.

Tak tanggung-tanggung, demi menyambut kedatangan Syaikhona Kholil, keluarga ini menyembelih dua ekor sapi.

Waktu menunjukan pukul 07.10 (Ba’da Isya’). Para tamu undangan mulai berdatangan ke lokasi acara. Lambat laun rumah telah terisi penuh oleh tamu undangan.

Dengan dikawal santrinya, Syaikhona Kholil berjalan menuju rumah tuan rumah. Tanpa dikomando, seluruh tamu undangan berdiri seraya melekatkan kedua tangan di depan perut untuk hormat dan takdzim.

Perlahan, tuan rumah mendekati beliau dengan duduk bersimpuh, memberikan potongan kertas berisi list nama-nama keluarga yang telah meninggal dunia untuk didoakan.

Setelah diberi kode oleh tuan rumah, syaikhona Kholil memulai doa tasyakuran.

Yang dibaca hanya kalimat tahlil, la Ilaha Illalloh, sebanyak tiga kali, kemudian ditutup doa.

Selesai syaikhona Kholil menutup dengan bacaan doa, tuan rumah berkata dalam hati, “Persiapan mengadakan acara ini kurang lebih satu bulan, tamu undangan sekian banyaknya, aneka macam hidangan disiapkan, demi menyambut beliau, dua ekor sapi besar pun saya sedekah kan, namun doa yang dibaca hanya kalimat “la Ilaha Illalloh”, tidak seperti acara-acara lainnya.”

Sebelum hidangan dikeluarkan, syaikhona Kholil memanggil tuan rumah.

“Apa dibelakang rumah masih ada sapi?” Tanya beliau.

Tuan rumah terhenyak kaget mendengar pertanyaan tersebut sembari menjawab, “Masih sisa dua ekor kiai”.

“Taruh di depan rumah dan bawakan kepadaku dua helai daun kelor,” perintah beliau.

Dua ekor sapi digelandang ke depan oleh dua orang, lalu diikat di batang pohon mangga besar.

“Ambilkan bambu besar yang sekiranya kuat untuk menimbang, mari sama-sama kita buktikan lebih berat mana antara dua helai daun kelor dengan dua ekor sapi” perintah syaikhona Kholil.

Beberapa tamu undangan ikut membantu apa yang diperintahkan syaikhona Kholil. Semuanya telah siap. Beliau melangkah mengambil dua helai daun kelor kemudian ditiup dengan bacaan la Ilaha Illalloh.

Semua hadirin takjub melihat apa yang terjadi setelah keduanya diletakkan. Berat dua ekor sapi besar milik tuan rumah kalah dengan dua helai daun kelor yang dibacakan kalimat la Ilaha Illalloh oleh syaikhona Kholil.

“Lo ya, kelihatan kan, berat dua sapimu masih kalah dengan dua helai daun, padahal tadi aku baca kalimat tahlil itu bukan dua kali, tapi tiga kali,” tutur beliau, sambil tersenyum.

[Kisah ini disampaikan dalam ngaji kitab Nashoihul Ibad pada hari Jum’at 11 Desember 2020 di Masjid Jami’ Baiturrahman Ds. Tulungagung Kec.Baureno Kab. Bojonegoro oleh kiai Ali Muntaha].

Share this Article
Leave a comment