KEBERKAHAN DALAM MANAQIB

Panji Makalalag
Panji Makalalag
3 Min Read

Oleh: Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs
(Wali Mursyid TQN PP Suryalaya Silsilah ke 38)

Membaca, Mendengarkan, mengetahui atau memperingati segala sesuatu Yang berhubungan dengan riwayat hidup sahabat Nabi Muhammad saw, Para Ulama tabi’in, Ulama Mujtahidin, awliya الله Dan lain-lainya dengan tujuan untuk diikuti keteladanannya dianjurkan agama, firman الله SWT :

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

“Sungguh pada kisah mereka adalah mengandung suri tauladan bagi orang Yang berakal.” (QS Yusuf: 111)

Melaksanakan manaqiban diiringi rasa cinta serta mengharap barokah, hukumnya sunnah, sebagaimana termaktub dalam kitan Tabahirot Al-Fashilin ‘an Ushul al-Washilin, halaman 6, Yang artinya :

“Hukumnya sunnat, sebagaimana cinta pada akhlak para ulama, para sholihin, para mujtahidin, Yang terpuji derajatnya yang luhur, Dan sifat-sifatnya yang baik, serta mengharap syafa’at Dan barokah dari padanya.”

Sasaran Yang ingin dicapai dengan melaksanakan manaqiban:

Pertama, mengharap rahmat الله, keberkahan, serta kifarat dosa, sebagaimana sabda Rosululloh Saw :
“Memperingati orang-orang soleh akan memperoleh kifarat dosa, Dan pada peringatan tersebut akan turun rahmat Dan memperoleh barokah.”

Kedua, mencapai keridloan الله, meraih kasih sayang الله Dan Ma’rifaf kepada الله.
“Kisah Dan keadaan ahli-ahli ma’rifat adalah tentara الله, Yang dengannya الله Menguatkan Hati para murid.” (Jami’ul Ushul, hal. 282)

Ketiga, ingin terwujudnya hamba الله yang beriman dan bertaqwa, beramal Sholeh dan berakhlaq karimah.

Keempat, mengikuti langkah orang yang taqorrub (dekat) kepada الله, diantaranya para waliyulloh, berdasarkan:

وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ

“Dan hendaklah kamu mengikuti jalan orang-orang yang sudah bisa kembali.” (QS Luqman : 15)

Kelima, mahabbah dan menghormati keturunan Rosululloh Saw, Syaikh Abdul Qodir adalah keturunan dari Rosululloh Saw. Oleh sebab itu, barangsiapa mencintai wali sama halnya dengan mencintai Nabi Muhammad Saw, namun sebaliknya, barangsiapa yang tidak mencintai Wali, sama halnya dengan membenci Nabi Muhammad Saw, dan barangsiapa yang membenci kepada manaqib Wali, sebenarnya ia telah menentang perang kepada الله. الله berfirman dalam hadits qudsi:

“Barangsiapa yang memusuhi Waliku, maka aku umumkan perang kepadanya.” (Tafrihul Khotir, hal. 3)

Sumber: Menyambut Pecinta Kesucian Jiwa halaman 132. Karya Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Qs

 

Share this Article
Leave a comment