KIBLAT KAUM SUFI [Bagian 1]

Panji Makalalag
Panji Makalalag
2 Min Read

Di mana dan kapan pun sholat itu menghadap kiblat. Kiblatnya jasad menghadap Ka’bah di Mekkah [بيت الله ببكة مباركا]. Sementara kiblatnya ruh, hati ‘menghadap’ ALLOH di kedalaman hati [قلب المؤمن بيت الله]. Yang pertama disebut Kiblat Syariat, yang kedua namanya Kiblat Hakikat.

Ketika berdiri hendak takbirotul ihrom di manapun di muka bumi, dawuh Tuan Syeikh Asshomadany, kita wajib menghadapkan sekujur tubuh ke arah satu titik di kota Mekkah. Ketika menghadap “hadirkan” Ka’bah di hadapkan kita –apapun sekat fisik yang ada di depan kita. Bila tidak maka tidak sah sholatnya.

Begitu pun, ketika kita hendak berdiri menegakkan sholat, bahkan sejak di luar sholat, kita wajib (slalu) bertawajjuh: menghadapkan hati kepada ALLOH dengan mengingat ALLOH, dzikirulloh [ذكر الخفي] –apapun bacaan yang terdengar telinga ataupun yang diucapkan dimulut. Artinya, ketika telinga mendengar suara bacaan, mulut melafalkan bacaan sholat tapi hati mengingat satu nama-NYA, Rajanya Nama [سيّد الاسماء اي الاسم الاعظم] yang di-talqin-kan oleh Ahlut Talqin, para penerus dan pewaris Rosululloh Shollallohu ‘Alaihissalam.

Ketika menegakkan sholat kita wajib menghadap kepada keduan-duanya. Bila kita sudah dimampukan menghadap pada keduanya maka kita digolongkan-NYA sebagai orang-orang yang telah menegakkan sholat [مقيم الصّلاة]. Inilah orang-orang yang khusu’ [الخاسعين], orang yang di hatinya sudah tiada yang lain selain-NYA.

Karena tiada selain-NYA di hatinya maka tiada yang bisa membuatnya gelisah. Tiada sesuatu atau seseorang pun yang bisa mengusik apalagi mengganggu fokus perhatian hatinya yang hanya kepada-NYA. Apa yang dilihatnya tak dilihatnya apalagi mengganggunya, apa yang didengar tidak didengarnya apalagi memalingkannya.

Oleh karena demikian keadaan hatinya, ia slalu ringan, tenang dan senang dalam sholat-sholatnya. Inilah penanda, dzikir-dzikirnya telah membersihkan hatinya dari kotoran, dari bisikan, yang merusak dan mengganggu fokus ingatan serta perhatiannya yang hanya pada-NYA. BERSAMBUNG

Salam cinta,
KH Budi Rahman Hakim, MSW., PhD.
[Pembelajar Sholat Khusu’]

Share this Article
Leave a comment