Oleh: KH. Budi Rahman Hakim, MSW., PhD.
[Pecinta Tuan Syeikh dan mencintai apa saja siapa saja yang dicintainya/Alumnus McGill University School of Social Work, Montreal, Kanada]
Karena kegagalan Iblis melewati ujian cinta tahap 3 inilah mereka terusir dari surga. Statusnya sebagai malaikat mulia berubah menjadi iblis yang terhina. Semua karena kecongkakan, gagal mencintai siapa yang dicintai Alloh, Nabi Adam As dan seluruh keturunannya.
Dengan keterusiran ini mereka memohon izin kepada Alloh sekaligus mengikrarkan janji akan teus mengganggu Bapak Adam dan keturunannya agar mengikuti jejak langkah mereka. Misi utama mereka membuat manusia tidak kenal dan tidak cinta Alloh. Bagi mereka, malaikat berubah menjadi iblis saja bisa, apalagi mengubah manusia jadi iblis. Lebih mudah.
Sejarah kelahiran Nabi-nabi dan Rosul-rosul Alloh menjadi saksi keberhasilan iblis dalam menunaikan janji mereka. Setiap periode kenabian, jumlah umat yang dimampukan mencintai para utusan dan kekasih Alloh ini selalu lebih sedikit jumlahnya. Para pembenci slalu lebih banyak dari para pecinta. Banyak di antara mereka yang mengenal Alloh, mencintai Alloh tapi tidak mencintai apa saja dan siapa saja yang dicintai Alloh.
Ketika Nabi Akhir zaman, Nabi Muhammad Shollalohu ‘alaihi wasallam, diutus, di antara mereka banyak yang mengimani Alloh, mencintai Alloh, tapi sedikit sekali yang mau mengenal dan mencintai utusan-NYA, penutup para Nabi. Kebanyakan mereka gagal mencintai siapa yang dicintai Alloh untuk menyampaikan risalah terakhir penyempurna ajaran.
Sejarah kekhalifahan –Khulafaurrosyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali– juga menjadi saksi betapa banyak yang dimampukan mencintai-NYA, apa saja yang dicintai-NYA tapi gagal mencintai siapa saja yang dicintai-NYA. Kebanyakan di antara mereka –Ahli Ilmu, hafal al Qur’an, menguasai hadits– terhijab dan gagal melihat siapa yang telah Alloh pilih sebagai kekasih-NYA menjadi khalifah al mursyid.
Melompat ke masa Syeikh Tholhah Kali Sapu Cirebon. Banyak sekali dari murid-murid beliau yang mencintainya, mencintai apa saja yang dicintainya. Tapi ketika ia memilih siapa yang paling dicintainya, yang dipercayainya untuk menjadi penerus, Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad, mayoritas mereka –termasuk keluarga besar Abah Tholhah– menolak, ingkar, alias gagal mencintai siapa yang dicintainya.
Terakhir di masa Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin, seluruh murid-muridnya mencintai Abah Anom, mencintai apa saja yang dicintai Abah Anom. Namun ketika beliau melebihkan cintanya kepada sosok Sang Sirnarasa dari murid-murid yang lainnya, mereka, seperti Iblis, tidak mau mencintai Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul. Banyak yang lulus mencintai Abah Anom dan apa saja yang dicintai Abah Anom. Namun sedikit sekali jumlah mereka yang mencintai siapa saja dan siapa yang paling dicintai Abah Anom.
Itulah ujian cinta para Pecinta Kesucian Jiwa. Semua akan diuji cintanya, demikian, terseleksi, mana yang murni seperti emas 24 karat, dan mana yang kaleng-kaleng. Hanya mereka yang dzikirnya menghasilkan cahaya dzikir dan ma’rifatlah yang akhirnya akan lulus menjadi Pecinta Kesucian Jiwa yang sejati.
Alloh berkahi semua dengan kesejatian cinta kepada-NYA, bilbarokah wal karomah Pangersa Abah al Faatihah. Aamiin.
Salam cinta,