NGAJI TENTANG URGENSI GURU MURSYID YANG HIDUP BAGI SEORANG SALIK DALAM BERTHORIQOH

Panji Makalalag
Panji Makalalag
9 Min Read

Oleh: K.H. Luqman Kamil Ashiddiq, S.Pd.I.
(Wakil Talqin Pangersa ABAH AOS di Cimahi)

Dalam melaksanakan suluk thoriqoh guna mencapai ibadah wushul kepada اللّٰه , seorang salik mesti memiliki pemandu jalan spiritual yang mengantarkan ke tujuan agar tidak tersesat dalam perjalanannya. Pemandu jalan spiritul para salik dalam dunia tashowwuf disebut Guru Mursyid.

Imam Abu Hamid bin Muhammad Al Ghozali ra. berkata:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ يَنْبَغِيْ لِلسَّالِكِ شَيْخٌ مُرْشِدٌ مُرَبٍّ لِيُخْرِجَ الْأَخْلَاقَ السَّيِّئَةَ مِنْهُ بِتَرْبِيَتِهِ وَيَجْعَلَ مَكَانَهَا خُلُقًا حَسَنًا. وَمَعْنَى التَّرْبِيَةِ يَشْبَهُ فِعْلَ الْفَلَّاحِ الَّذِيْ يَقْلَعُ الشَّوْكَ وَيُخْرِجُ النَّبَاتَاتِ الْأَجْنَبِيَّةَ مِنْ بَيْنِ الزَّرْعِ لِيَحْسُنَ نَبَاتُهُ وَيَكْمُلَ رِيْعُهُ

“Maka ketahuilah, sungguh sudah semestinya bagi seorang salik memiliki guru (Mursyid) yang memberi petunjuk dan yang memberi pendidikan untuk menghilangkan akhlaq yang buruk darinya dengan mendidik dan menjadikan akhlaq yang baik di dalam dirinya. Makna pendidikan menyerupai dengan pekerjaan petani yang menghilangkan duri dan mencabuti tumbuhan pengganggu supaya tanamannya bagus dan hasilnya sempurna.”

وَلَا بُدَّ لِلسَّالِكِ مِنْ شَيْخٍ يُرَبِّيْهِ وَيُرْشِدُهُ إِلَى سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى، لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى أَرْسَلَ لِلْعِبَادِ رَسُوْلًا لِلْإِرْشَادِ إِلَى سَبِيْلِهِ. 

“Dan tidak boleh tidak, bagi seorang salik mesti memiliki guru (Mursyid) yang mengajarkan tata krama dan menunjukan ke jalan kepada اللّٰه  Ta’ala, karena اللّٰه  Ta’ala telah mengutus untuk para hamba-NYA seorang Rosul untuk memberi petunjuk jalan menuju-NYA.”

فَإِذَا اَرْتَحَلَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَدْ خَلَفَ الْخُلَفَاءَ فِيْ مَكَانِهِ حَتَّى يُرْشِدُوْا إِلَى اللهِ تَعَالَى

“Maka ketika Rosul SAW wafat, para kholifahlah (‘Ulama ahli Ma’rifat/Guru Mursyid) yang menggantikan posisinya sehingga merekalah yang menunjukan jalan kepada اللّٰه  Ta’ala (sebagai pengganti tugas Rosululloh SAW)”.

فَهُوَ إِذًا نُوْرٌ مِنْ أَنْوَارِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْلُحُ لِلْاِقْتِدَاءِ بِهِ. وَلَكِنَّ وُجُوْدَ مِثْلِهِ نَادِرٌ أَعَزٌّ مِنَ الْكَبْرِيْتِ الْأَحْمَرِ، وَمَنْ سَاعَدَتْهُ السَّعَادَةُ فَوَجَدَ شَيْخًا .

“Maka seorang guru (Mursyid) adalah cahaya dari cahaya Nabi SAW yang layak untuk diikuti. Tetapi keberadaan guru (Mursyid) itu lebih langka dari belerang merah. Dan barangsiapa yang beruntung diberi kebahagiaan pasti dapat menemukan guru (Mursyid) tersebut.”

Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin qs. berkata:

وَمَنْ طَلَبَ طَرِيْقَ الْقَوْمِ بِغَيْرِ اِمَامٍ عَارِفٍ بِاﷲِ تَاهَ فِی اَوَّلِ قَدَمٍ .

“Dan barangsiapa yang menempuh jalan kaum sufi (baca: berthoriqoh) tanpa dibimbing oleh imam yang ‘arif billah (Guru Mursyid yang hidup) maka ia telah sesat diawal langkah.”

وَتَجَاوِبُ اَرْوَاحُ الْمَشَايِخِ مِنَ الشَّيْخِ الحَيِّ إلىَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلى حَضْرَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ 

“Dan sambung-menyambung ruh para syeikh bertanggung jawab kepada para muridnya mulai dari Syeikh yang masih hidup hingga kepada Rosululloh SAW hingga kepada اللّٰه ‘Azza wa jalla.”

Telah berkata Abu Sa’id bin Abi Al Khoir Rhmk:

مَنْ سَلَكَ وَحِيْدًا – اَيْ بِلَا مُرْشِدٍ – فَهُوَ كَضَاءِعٍ فِي فَلَاةٍ فَلَايَدْرِيْ اَيْنَ يَتَوَجَّهُ (تذكرة الاولياء 684)

“Barangsiapa yang melakukan suluk(menempuh perjalanan ruhani) sendirian, yakni tanpa dibimbing oleh Guru Mursyid, maka hal itu seperti seorang yang hilang di tengah padang pasir maka ia tidak akan tahu kemana ia menghadap.”

Imam Abu Hamid bin Muhammad al-Ghozali ra. berkata:

الطريق إلى الله تعالى على خطر عظيم، لا يسلم سالكه إلا بِمُرْشِدٍ يُرْشِدُهُ.

“Jalan menuju اللّٰه Ta’ala penuh dengan bahaya besar. Tidak akan selamat orang yang menempuhnya kecuali dengan seorang Guru Mursyid yang membimbingnya.”

Syeikh Abdul Qodir al Jailani ra. qs. berkata:

مَنْ أَرَادَ السَّلُوكَ فَلْيَتَخَذْ لَهُ مُرْشِدًا، فَإِنَّ السَّلُوكَ بِدُونِ مُرْشِدٍ كَالسَّيْرِ فِي الظُّلْمَةِ بِغَيْرِ مِصْبَاحٍ

“Barangsiapa yang ingin menempuh perjalanan ruhani, maka hendaklah ia mengambil seorang Guru Mursyid. Karena menempuh perjalanan ruhani tanpa Guru Mursyid seperti berjalan di kegelapan tanpa lampu.”

Tentang Guru Mursyid merujuk kepada Firman اللّٰه :

 … مَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِ ۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيًّا مُّرۡشِدًا

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh اللّٰه , maka dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang disesatkan-NYA, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang Wali Mursyid (penolong yang dapat memberi petunjuk jalan wushul kepada-NYA).”
(QS. Al-Kahfi/18: Ayat 17)

Kata Mursyid berasal dari akar kata:

ارشد — يرشد — ارشادا — فهو مرشد .

Arti kata dari Irsyad (ارشادا) adalah petunjuk/bimbingan.
Mursyid adalah isim fa’il yang artinya orang yang membimbing/orang yang memberi petunjuk.

Guru Mursyid adalah Guru Pembimbing yang bertugas membimbing perjalanan ruhani sekaligus mengantar ruhani murid menembus empat lapis alam (Mulki, Malakut, Jabarut, Lahut/jasad, qolbu, fuad, sirr) hingga wushul ke hadrot اللّٰه ‘Azza Wa Jalla.

وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
كُنْ مَعَ اللهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ مَعَ اللهِ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوصِلُكَ إِلَيْهِ
(رواه البيهقي)

Telah bersabda Nabi SAW :
“Jadilah (ruhani mu) bersama اللّٰه , dan jika kamu tidak mampu bahkan mustahil mampu (ruhani mu) bersama اللّٰه maka bersamalah kamu dengan orang yang (ruhaninya) sudah bersama اللّٰه karena dia-lah yang akan me-wushulkan-mu kepada اللّٰه”. (HR. Baihaqi)

Syeikh Abdul Qodir al Jaelani ra. qs. telah menjelaskan dalam kitabnya, kitab Sirrul Asror :

قال عَلِیُّ كرمﷲ وجهه :  ( لَوْ لاَ تَرْبِيِّةُ رَبِّی لَمَا عَرَفْتُ رَبِّی )  .  وَهَذَا الُمُرَ بِّی البَاطِنِ يَحْصُلُ بِسَبَبِ تَرْبِيَّةِ مُرَبِّی الظَّاهِرِ وَهِیَ التَّلْقِيْنَ كَالاَنْبِيَاءِ وَالاَوْلِيَاءِ سِرَاجٌ القُلُوبِ.

“Telah berkata Sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib kwj: (Jikalau tidak ada pendidikan/bimbingan Tuhanku, aku tidak akan mengenal Tuhanku). Bimbingan bathin ini ada karena disebabkan adanya pembimbing yang zhohir yaitu ahli talqin, seperti para Nabi dan para Wali, mereka adalah para penerang hati dan jasad.”

…وَالقُلُوبُ مَا يَحْصُلُ مِنْ تَرْبِيَّتِهِمْ مِنْ لِقَاءِ رُوْحٍ اَخَرَ.

“Dan jika qolbu (manusia) telah dibimbing dengan ruh-ruh ini maka tidak akan dibimbing lagi oleh ruh-ruh yang lainnya.”

ثُمَ فِی التَرْبِيَّةِ لاَبَدَّ مِنْ الْمُنَاسَبَةِ . فَالْمُبْتَدِيُّ فِی اَوَّلِ اَمْرِهِ لاَمُنَاسَبَةِ بَيْنَهُ وَ بَيْنَﷲ وَلَابَيْنَ نَبِيِّهِ . 

“Kemudian dalam pembimbingan ruhani selalu ada keserasian. Orang yang berada ditingkat dasar (awam) tidak mempunyai keserasian antara ia dengan اللّٰه dan antara ia dengan Nabinya.”

فَاحْتَاجَ لاَمَحَالَةَ اِلَی تَرْبِيَّةِ الوَلِیِّ .

“maka ia harus berada dibawah  bimbingan Wali اللّٰه (Guru Mursyid).”

وَكَذَلِكَ الاَوْلِيَاءُ  اِذَاتَعَلُقُوا اِلَی الاَخِرَۃَ لَا يَصِلُ اَحَدٌمِنْهُمْ الاِرْشَادِ اِلَی المَقْصُوْدِ , فَافْهَمْ اِنْ كُنْتَ مِنْ اَهْلِ الفَهْمِ .

“Begitu pula para wali اللّٰه yang sudah terkait ke akherat (wafat), mereka tidak bisa memberikan bimbingan langsung pada tujuannya (tidak bisa langsung membimbing murid lagi). Fahamilah ! kalau engkau seorang ahli pemahaman” !

وَطَلَبَ اْلمُرْشِدِ لاَزْمٌ لِاَجْلِ هَذَا الرُّوحِ الَّذِی بِهِ تَحْيَا القُلُوبُ  وَيَعْرِفُبِهٍ  رَبَّهُ , فَافْهَمْ !

“Mencari Guru Mursyid (yang hidup) adalah wajib untuk mencapai ruh yang menimbulkan hidupnya hati dan mengenal Tuhan (ma’rifatulloh), Fahamilah” !

مَنْ اَرَادَ الصَّلَاحَ فَلْيَصِرْ اَرْضًاتَحْتَ اَقْدَامِ الشُّيُوْخِ

“Barangsiapa yang ingin baik (dalam perjalanan thoriqohnya) maka jadilah sekeping tanah dibawah telapak kaki para Guru (ahli silsilah).”

Syeikh Abi Yazid Al Busthomi ra. berkata:

طَلَبُ الشَّيْخُ فِي الطَّرِيْقِ وَجِبٍ عَلَى كُلِّ مُرِيْدٍ وَلَوْ مِنْ اَكْبَرِالْعُلَمَاءِ

“Mencari Syeikh Mursyid pada jalan menuju اللّٰه adalah wajib hukumnya bagi setiap orang yang ibadahnya ingin wushul kepada اللّٰه walaupun ia sudah menjadi pembesarnya ‘ulama.”

Syeikh Muhyiddin Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Quthub Ash-Shomadani Al Mahdi qs. dalam kitabnya, Fadhoilusy Syuhur Li Tholibi Ridho Robbil Ghofur hal. 49

مَا وَ صَلَ مَنْ وَصَلَ إلَّا بِصَحْبَةِ مَنْ وَصَلَ .

“Tidak akan wushul orang yang ingin wushul kecuali dengan ber-shohbah (ijtima, istima, ittiba) dengan orang yang telah wushul ( kepada اللّٰه ).”

Para ‘Ulama ahli tashowwuf sepakat bahwa dalam berthoriqoh hanya satu Guru Mursyid saja yang mesti di ikuti oleh seorang salik.

Semoga bermanfaat.
Salam Ikroman Wa Ta’zhiman Wa Mahabbatan.

Share This Article
Leave a comment