PIKIRAN & PERBUATAN YANG “HARAM” DALAM THORIQOH

Panji Makalalag
Panji Makalalag
5 Min Read

Banyak hal yang bisa membuat seorang murid/salik/ikhwan thoriqoh gagal dalam suluk kepada Guru Mursyidnya. Kegagalan mereka oleh sebab mereka masuk ke wilayah-wilayah yang terlarang. Di antara banyak hal yang terlarang ialah ketika murid/salik/ikhwan memikirkan dan membicarakan tentang sosok penerus di saat Syeikh Mursyidnya masih hidup. Memikirkan dan membicarakan saja sudah haram apalagi mau dan merencanakan diri.

Jika murid/salik/ikhwan terus tergoda dan tergiur melakukannya maka sungguh ia tengah menodai hati dan mengotori jiwanya. Dalam konstruksi ilmu Tashowuf & tradisi kesufian, pikiran dan pembicaraan tentang hal tersebut sebagai sebuah haidnya laki-laki [حيض الرجال]. Sungguh kotor, najis, dan, sekali lagi, haram dilakukan. Ini merupakan tindakan seburuk-buruknya Adab [سوء الاداب] murid/salik/ikhwan kepada Guru Mursyidnya.

Dalam dimensi lain, ketika murid/salik/ikhwan memikirkan apalagi hingga membicarakan figur penerus di saat Syeikhnya masih hidup sama saja artinya dengan melakukan pengharapan/do’a agar Syeikhnya tidak panjang usia dunia. !نعوذ ثمّ نعوذ بالله من ذالك. Oleh karenanya, murid/salik/ikhwan mesti melindungi hati dan menjauhkan diri dari perkumpulan yang hanya mengganggu perjalanan mereka menempuh jalan Kesucian Jiwa.

Ini berlaku di semua ordo thoriqoh di seluruh dunia. Seluruh ulama Tashowuf dan Guru-guru Sufi Agung sepakat mengharamkan perbuatan di atas. Sejak dalam hati dan pikiran para murid/salik/ikhwan wajib membersihkan dari hal di atas apalagi hingga perbuatan. karena yang berhak untuk membicarakan, dan memberi tahu hal tersebut hanyalah Guru Mursyid saja.

Apabila seorang murid pada suatu kesempatan mendapati Guru Mursyidnya berbicara mengenai hal tersebut, maka sikap jiwa yang mesti ia tunjukkan adalah menyimpan informasi itu cukup sebagai pegangan pribadi saja, dan tidak menyebarkannya ke khalayak luas.

Tugas salik/murid/ikhwan fokus slalu ber-ijtima’ (kumpul), ber-istima’ (mendengar) dan ber-ittiba’ (ikut) kepada Guru Mursyid: mengamalkan amalannya, membiasakan kebiasaannya, menyukai kesukaannya dan mencintai apa saja dan siapa saja yang dicintainya. Murid/salik/ikhwan mesti fokus saja ke pengamalan sebagai bentuk pengamanan dan pelestarian ajaran amalan Guru-guru Ahli Silsilahnya.

Tugas salik/murid/ikhwan fokus slalu ber-ijtima’ (kumpul), ber-istima’ (mendengar) dan ber-ittiba’ (ikut) kepada Guru Mursyid: mengamalkan amalannya, membiasakan kebiasaannya, menyukai kesukaannya dan mencintai apa saja dan siapa saja yang dicintainya. Murid/salik/ikhwan mesti fokus saja ke pengamalan sebagai bentuk pengamanan dan pelestarian ajaran amalan Guru-guru Ahli Silsilahnya.

Tugas berikutnya menjaga hati dan pikiran dari kejahatan buruk sangka. Dalam thorioh, berprasangka buruk itu tindakan kriminalitas. Dosa besar! Perbuatan dajjal, pembohong, sebagaimana sabda Kanjeng Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasallam, ايّاكم الظّنّ فأنّ الظّنّ أكذاب الحديث.

Peliharalah prasangka agar slalu baik kepada apapun yang terjadi di sekitar kita, slalu berprasangka baiklah kepada sesama murid/salik/Ikhwan apalagi kepada Guru Mursyidnya. Sebab, prasangka itu, kata Hadrotus Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, adalah parameter/ukuran Kesucian Jiwa.

Jadi, kata beliau, ‘siapa yang baik prasangkanya maka suci jiwanya dan jika buruk prasangkanya maka kotor jiwanya.’ Menurut Mursyid TQN Ma’had Suryalaya ini, berprasangka baik [حسن الظن] itu merupakan bentuk riyadloh menjaga wudlu bathin. Salah satu bentuk menjaga prasangka ialah tidak menghukumi/menilai (buruk) siapa saja termasuk yang nyata-nyata melakukan tindakan buruk/kesalahan besar. Semua murid/salik/ikhwan diperjalankan oleh Guru Mursyidnya. Seringkali diperjalankan salah untuk benar, diperjalankan buruk untuk baik. Jika seseorang selalu menjaga dan melindungi diri dari prasangka buruk [سوء الظن], tegas Abah Aos, maka ia tengah menjaga wudlu bathin dan dengan demikian ia telah menjadi seorang sempurna wudlunya [بوضوء تام].

Tugas murid/salik/ikhwan yang tidak kalah penting ialah mengenalkan Guru dan ajaran amalannya kepada dunia. Hal ini sebagai bentuk tasyakur telah dipertemukan dan mendapat bimbingan dhohir bathin dari Syeikh. Silakan berlomba-lomba dalam kebaikan ini [فاستبقو الخيرات]: mensyi’arkan ajaran rohmatan lil ‘alamin ini.

Jadilah kepanjangan tangan, kaki, Guru Mursyid dalam berdakwah melalui berbagai medium/instrumen: mendirikan zawiyah/madrosah, mengembangkan Majelis Dzikir/Majelis Manaqib dan lain sebagainya. Di era digital ini, silakan dengan bijak dan bertanggungjawab berkhidmah menyebarluaskan ajaran melalui media sosial atau pun media massa. Istiqomahkan posting, setiap hari, jangan takut dengan haters. Istiqomah itu penanda keikhlasan: ada yang baca atau tidak, ada yang suka atau tidak, ada yang menshare atau tidak, bukan urusan. Maju terus mensyiarkan menduniakan thoriqoh menthoriqohkan dunia melalui jagat maya.

Demikian catatan ringan ini. Semoga siapa saja yang saat ini menempuh suluk dalam thoriqoh slalu diberkahi semangat dan pantang menyerah. Inilah jalan jihad akbar fi thoriqillah agar kita meninggalkan dunia dalam keadaan Syahid.

Salam cinta dari sebutir debu yang menempel di kaki Tuan Syeikh,
الحاج الدكتُور بُودي رحمن حكيم الخالص,
dari Roudloh TQN Suryalaya Sirnarasa Jagat ‘Arsy

Share This Article
Leave a comment