Selayang Pandang Biografi Hadlrotussyeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra. Qs.

Panji Makalalag
Panji Makalalag
9 Min Read

Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul atau yang akrab disapa Pangersa Abah Aos merupakan Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya silsilah ke 38. Beliau lahir di Dusun Ciceuri, Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis pada tanggal 1 September 1944. Sebelum berguru kepada Pangersa Abah Anom, beliau memanfaatkan masa mudanya untuk mempelajari ilmu Agama di Pesantren Gegempalan, yang pada kala itu dipimpin oleh Ajengan Iskandar Gegempalan, di pesantren ini Pangersa Abah Aos menghabiskan waktu selama 10 tahun.

Pangersa Abah dikenal dengan kecerdasan, dan kemulian akhlak yang beliau miliki, bahkan beliau diakui oleh gurunya telah berhasil menghabiskan ilmu yang dimiliki oleh sang guru. Seusai menuntut Ilmu di Pesantren Gegempalan, Abah Aos melanjutkan perjalanan untuk memperdalam dan meperluas wawasan keislaman beliau di Pesantren Cintawana, Singaparna. Setelah menyelesaikan Pendidikan beliau di Pesantren tersebut, Abah Aos aktif dalam beragam macam kegiatan Keislaman yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Ciamis, beliau juga aktif dalam sebuah organisasi Islam yang cukup ternama di Indonesia yaitu Muhammadiyyah, sampai Akhirnya pada tahun 1968 bertepatan dengan usia beliau yang menginjak 24 tahun, beliau memutuskan untuk mengambil Talqin Dzikir dan mulai memperdalam Tashowwuf dan Thoriqoh kepada Pangersa Abah Anom di Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya.

Setelah mendapatkan Talqin Dzikir hingga usia beliau berusia 67 Tahun,  Abah Aos seringkali membersamai Pangersa Abah Anom dalam berbagai macam kesempatan, dan itu merupakan proses transfer keilmuan baik secara Dzohir dan Bathin dari Abah Anom kepada Abah Aos, shingga aJika diakumulasikan, Abah Aos telah membersamai Pangersa Abah Anom secara Dzohir selama 43 Tahun.

Selama membersamai Pangersa Abah Anom, Abah Aos hanya fokus melihat kepada Abah Anom saja, beliau menyampaikan, “Abah hanya mengikuti apa saja yang dilakukan oleh Abah Anom, dan tidak melakukan apa yang tidak dilakukan oleh Abah Anom atau yang tidak diperintah oleh Abah Anom.” Semenjak tahun 1983 hingga saat ini Abah Aos menegaskan bahwa apa yang keluar dari lisan beliau berasal dari Pangersa Abah Anom, dalam beberapa kesempatan juga Abah Aos seringkali menyampaikan, “Abah tidak mau apa-apa hanya mau Abah Anom, tidak tahu apa-apa hanya tahu Abah Anom, tidak ingin apa-apa hanya ingin Abah Anom saja.”

Abah Aos tidak hanya mendengar dan mengingat taujihat wal irsyadat dari Guru Agung Abah Anom, tapi juga meng-copy setiap detail yang dilakukan oleh Abah Anom mulai dari Akhlak beliau, cara beliau berjalan, hingga cara beliau dalam berpakaian, totalitas beliau dalam mengikuti guru Agung Abah Anom salah satunya ini terlihat dari bentuk masjid yang didirikan oleh Abah Aos di Pesantren Sirnarasa, dimana design exterior dan interiornya hampir mirip dengan Masjid Nurul Asror yang dibangun oleh Pangersa Abah Anom di Kampung Godebag.

Salah seorang Kyai yang telah mengenal Thoriqon dari masa Abah Anom mengakui bahwa Abah Aos adalah sosok yan memiliki kemiripan dengan Abah Anom diseluruh aspek kehidupan. Abah Aos juga merupakan mubaligh yang berhasil membuka dan mengembangkan titik-titik Manaqiban terbanyak yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia pada kala itu, dan beliau juga seringkali ditunjuk oleh Abah Anom untuk memimpin sholat di Suryalaya terutama ketika tokoh-tokoh besar datang untuk silahturahmi kepada Abah Anom.

Tidak hanya aktif dalam ber-ceramah, Abah Aos juga dikenal dengan penulis yang prduktif dalam melahirkan kary-karya ilmiah Islam khusunya dalam bidang Tashowwuf dan Thoeiqoh, diantara karya beliau adalah adalah Majmu’a Al Rasail yang merupakan kumpulan kitab berbahasa arab yang ditulis oleh  beliau: Fada’il As Suhur, As Sunnah Al Mardiyyah fi Amaliyyah Murshidiyyah, dan Al Fathul Jalil fi Alamat al Murshid Al Kamil. Abah Aos juga menulis beberapa buku dalam Bahasa Indonesia: Lautan tanpa tepi, Cintaku hanya untuk-MU, Menyambut pecinta kesucian Jiwa, dan Bulan Hijriah dalam dimensi sufi. Pada masa Abah Anom, Abah Aos juga secara aktif dan rutin mempublikasikan majalah berjudul “Nuqthoh” yang membahas tentang berita dan segala hal yang berkaitan dengan TQN PP Suryalaya.

Pada Tahun 1968 Abah Aos mendirikan pesantren yang diberi nama Al Ishlah, dan setelah 12 tahun berdiri bersamaan dengan diberikannya gelar “Saefulloh Maslul” Abah Anom mengganti nama pesantren tersebut dengan nama pesantren Sirnarasa yang kemudian menjadi salah tempat rehabilitasi dibawah naungan Yayasan Serba Bakti Pondok Pesanten Suryalaya, dan juga mendirikan Madrasah Tsanawiyyah pada tahun 1994, kemudian disusul dengan pendirian Madrosah Aliyyah 3 tahun setelahnya.

Setelah Pangersa Abah Anom berpulang pada tahun 2011 maka tongkat estafet kemursyidan dengan sigap dan cepat diteruskan oleh Abah Aos, dibawah bimbingan beliau ajaran-amalan TQN PP Suryalaya berhasil menyebar tidak hanya di seluruh wilayah Indonesia tapi juga mampu meluas hingga mancanegara, sehingga tidak sedikit ulama-ulama Thoriqoh hingga cicit Tuan Syaikh datang menghampiri beliau, dan beberapa dari mereka memberikan kenang-kenagan berupa gelar kemuliaan kepada Abah Aos.

Berikut adalah Keterangan urutan waktu NUZUL nama dan gelar Guru  Agung Abah Aos:

  1. SAEFULLOH MASLUL, tahun 1980 lisan dhohir Guru Agung Abah Anom.
  2. AL-QOODIRI, 1 November 2013/27 Dzulhijjah 1434 dari Syeikh Hashimuddin al-Jailani al-Baghdadi, di Madrosah Tuan Syeikh, Bagdad, Irak.
  3. AL-KAMIL, 10 Februari 2014/10 Robiutsani 1435 H dari Syeikh Muhammad Fadhil al-Jailani dari Turki di Kajembaran Rohmaniah Pesantren Sirnarasa.
  4. AN-NAQSYABANDI, 14 Maret 2014/13 Jumadil Awal dari Syeikh Afifuddin Al-Jailani Al-Baghdadi dari Malaysia di Madrosah TQN PP Suryalaya Pesantren Peradaban Dunia JAGAT ‘ARSY
  5. AL-MUWAFFAQ, 23 Januari 2016/12 Jumadil Akhir 1437 dari Syeikh Imam Abdul Aziz Abdin dari California Amerika di Madrosah TQN PP Suryalaya Menteng Jakarta Pusat.
  6. AL-MUTTAQI, 26 Agustus 2016/24 Dzulqo’dah 1437 H dari Syeikh Muhanmad Fadhil al-Jailani dari Turki di Madrosah TQN PP Suryalaya Pesantren Peradaban Dunia JAGAT ‘ARSY.
  7. AL-MUJADDID, 17 Mei 2016/10 Sya’ban 1437 H dari Guru Agung Abah Anom melalui KH Saefulloh Al Mabrur Probolinggo di Kajembaran Rohmaniah Pesantren Sirnarasa.
  8. AL-QUTHUB, 9 Maret 2017/10 Jumadil Akhir 1438 H dari Guru Agung Abah Anom melalui KH Safulloh Al Mabrur Probolinggo di Kajembaran Rohmaniah Pesantren Sirnarasa.
  9. AS-SHOMADANY, 3 Agustus 2017/10 Dzulqo’dah 1438 H dari Syeikh Imam Abdul Aziz Abdin dari California Amerika di Kajembaran Rohmaniah Pesantren Sirnarasa.
  10. AL-MAHDI, 19 Agustus 2017/26 Dzulhijjah 1438 H dari Syeikh Dr Hassan Azzahir dari Fez Maroko di MTQN PP Suryalaya Menteng Jakarta Pusat.

Sabda Pangersa Abah Aos: “Seluruh nama/gelar yang diberikan kepada Abah semuanya adalah pemberian Pangersa Guru Agung Abah Anom. Tidak ada yang tidak dari Abah Anom. Para Masyayikh (hanya) dipinjam lisan-nya untuk menyampaikan.”

Semenjak 2012 sampai saat ini jumlah orang yang datang berguru kepada Abah Aos semakin membludak apalagi jika bertepatan dengan Manaqib di Pesantren Sirnarasa yang secara rutin dilaksanakan tiap tanggal 10 Hijriah.

 

Pangersa Abah Aos Bersama rombongan saat mengunjungi Madrosah Tuan Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani Di Baghdad, Iraq

 

 


Pangersa Abah Aos Bersama para Masyaikh Mancanegara

 

 


Pangersa Abah Aos Bersama dengan Syaikh Afifuddin
(Cicit Tuan Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani)

 

 

Pangersa Abah Aos dan Pembantu Khusus (Abah Jagat Al Khoolish) tengah berbincang hangat dengan Habib Lutfi bin Yahya (Ro’is am JATMAN) di
Kanzul ‘Arsy, Pesantren Peradaban Dunia JAGAT ‘ARSY

 

 

 

Pangersa Abah Aos Bersama Para Masyaikh Thoriqoh dan Ikhwan-Akhwat TQN PP Suryalaya tengah mengikut MANAQIB KUBRO di Masjid Istiqlal, Jakarta

 

 


Pangersa Abah Aos saat menerima Kunjungan Tamu dari Amerika Serikat di Kejembaran Rahmaniyyah Sirnarasa, Ciamis.

 

 

Pangersa Abah Aos Bersama Pembantu Khusus disela-sela safari Manaqib EROPA

 

Dikutip dari:

Actualization of Neo Sufism a case study of The Tariqa Qadiriyya Naqshabandiyya Pondok Pesantren Suryalaya

(Penulis: Prof. Dr. K.H. Budi Rahman Hakim, MSW., Ph.D./Abah Jagat Al Khoolish)

Share this Article
1 Comment